Mahasiswa UGM Sosialisasikan Kemasan dan Strategi Pemasaran untuk UMKM Desa Kendal
Mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Kemasan dan Strategi Pemasaran bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada Sabtu (18/01) dalam rangkaian kegiatan Kuliah Kerja Nyata dan Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM). Kegiatan yang berlangsung selama dua jam ini dihadiri oleh seluruh pelaku UMKM di Desa Kendal. Variasi produk UMKM yang dikembangkan oleh warga Desa Kendal cukup beragam, mulai dari olahan makanan rumahan hingga olahan mebel.
Sosialisasi dimulai dengan pemaparan salah satu mahasiswa, Muhammad Aziz Hutama, mengenai optimalisasi kemasan produk sebagai upaya peningkatan promosi dan nilai jual produk UMKM. Aziz menekankan pentingnya memperhatikan penggunaan kemasan pada produk. “Tidak hanya digunakan sebagai daya tarik visual dan media pemasaran saja, kemasan juga berperan penting dalam melindungi produk dari kerusakan fisik dan kontaminasi baik saat proses distribusi maupun penyimpanan”.
Ia menambahkan bahwa para pelaku UMKM harus mampu untuk mengidentifikasi jenis kemasan yang digunakan untuk jenis produk yang berbeda. “Bapak dan Ibu dapat menggunakan kemasan plastik untuk produk makanan ringan, seperti keripik, permen, dan minuman. Kertas juga sama, tetapi kertas dapat digunakan pula untuk makanan cepat saji. Sementara itu, alumunium digunakan untuk produk makanan yang mudah rusak”.
“Umur penyimpanan produk pangan seringkali terganggu oleh kandungan oksigen yang tinggi di dalam kemasan. Oksigen ini berperan dalam proses oksidasi pangan, sehingga dapat mengubah rasa, warna, hingga kandungan nutrisi makanan,” imbau Aziz. Untuk menghindari gangguan penyimpanan tersebut, Aziz memperkenalkan inovasi kemasan, seperti active packaging dan oxygen absorber.
Active packaging merupakan sistem pengemasan yang memiliki agen antioksidan dan antibakteri di dalam kemasan yang bertujuan untuk mempertahankan kualitas produk makanan. Sementara itu, oxygen absorber adalah serbuk besi dan katalis yang dibungkus dalam sachet kecil untuk menyerap oksigen.
Menambahkan informasi dari Aziz, mahasiswa lain, Wahyu Micho Indrawan, memperkenalkan inovasi berupa smart packaging yang menggunakan teknologi untuk memberikan nilai tambah pada produk melalui interaktivitas dan kelengkapan informasi. Salah satu elemen smart packaging yang populer adalah penggunaan kode QR. “Ketika konsumen memindai kode QR tersebut, umumnya terdapat informasi mengenai produk, mulai dari sertifikasi, nilai gizi, hingga media sosial dan kontak penjualan,” ujar Wahyu.
Hana Nasyifa menyebutkan bahwa strategi pemasaran seharusnya tidak hanya berkutat pada kemasan produk saja, melainkan melibatkan marketing mix. “Selalu ingat 7P. Product, promotion, place, physical evidence, people, price, dan process,” sebutnya.
Hana menambahkan, “Strategi pemasaran yang efektif adalah ketika pelaku UMKM turut memperhatikan tiga komponen utama. Pertama, segmenting, yaitu segmen konsumen spesifik yang memiliki kebutuhan dan keinginan sama akan suatu produk. Kedua, targeting, yaitu ukuran pasar dan tingkat pertumbuhan yang ditargetkan untuk mencapai jumlah laba tertentu. Terakhir, positioning, yaitu proses perancangan citra produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan segmen konsumen yang dituju”.
Tidak hanya memaparkan materi saja, para mahasiswa turut berkontribusi pada perkembangan UMKM di Desa Kendal dengan membuat sebuah profil media sosial di Instagram. “Instagram @umkmdesakendal dibuat sebagai kanal informasi sekaligus pemasaran ragam produk di Desa Kendal dengan memperkenalkannya secara visual. Nantinya, konten-konten ini diharapkan dapat menjangkau konsumen yang lebih luas,” ujar Thalia Dwita Cahyani, mahasiswa yang mengembangkan akun Instagram tersebut.
Saat ini, konten yang sudah diproduksi adalah pengenalan awal, seperti pendahuluan mengenai dukungan pemerintah terhadap potensi UMKM Desa Kendal. “Harapannya, Instagram ini dapat diisi dengan lebih banyak konten, seperti informasi dasar hingga video profil mengenai UMKM setempat,” imbuh Thalia menutup kegiatan sosialisasi tersebut.